Seorang anak yang suka mencari-cari kesalahan. Dengan cekatan, ia akan mampu menunjukkan kesalahan teman-teman dan orangtuanya. Bahkan jika sesuatu terjadi pada dirinya, maka ia menyalahkan teman dan orangtuanya.
"Aku jatuh karena Ayah meletakkan ember di sembarang tempat," kata anak tersebut. kepada ayahnya saat ia terjatuh di kamar mandi.
"Kamu mengalami musibah ini karena kamu tidak berhati-hati. Oleh karena itu, kalau berjalan harus hati-hati," kata anak tersebut. kepada seorang anak lain yang terkilir kakinya.
Pada suatu hari, anak itu berjalan-jalan di pinggir hutan. Matanya tertuju pada sekelompok lebah yang mengerumuni sarangnya. "Wah, madu lebah itu pasti sangat manis. Aku akan mengambilnya. Aku akan mengusir lebah-lebah itu !" Ia pun mengambil sebuah galah dan menyodok sarang lebah itu dengan keras. Ribuan lebah merasa terusik dan menyerang anak itu. Melihat binatang kecil yang begitu banyak, anak itu lari terbirit-birit. Lebah- lebah itu tidak membiarkan musuhnya pergi begitu saja. Satu ...dua ...tiga, lebah-lebah menghajar dengan sengatan. "Aduh .....tolong ..... !" Byur ! Anak itu menceburkan dirinya ke sungai. Tak lama kemudian, lebah-lebah itu pergi meninggalkan anak itu yang kesakitan.
"Mengapa Ayah tidak menolongku ? Jika Ayah sayang padaku, pasti sudah berusaha menyelamatkanku. Semua ini salah Ayah!" Ayahnya diam sejenak, lalu mengambil selembar kertas putih.
"Anakku, apa yang kamu lihat dari kertas ini? Itu hanya kertas putih, tidak ada gambarnya," jawab anak itu. Kemudian, ayahnya mentoreh di kertas putih dengan sebuah titik berwarna hitam.
"Apa yang kamu lihat dari kertas putih ini? Ada gambar titik hitam di kertas putih itu! Anakku, mengapa kamu hanya rmelihat satu titik hitam pada kertas putih ini? Padahal sebagian besar kertas ini berwarna putih. Betapa mudahnya kamu melihat kesalahan Ayah! Padahal masih banyak hal baik yang telah Ayah
lakukan padamu."
Ayahnya berjalan pergi meninggalkan anaknya yang duduk termenung.
"Aku jatuh karena Ayah meletakkan ember di sembarang tempat," kata anak tersebut. kepada ayahnya saat ia terjatuh di kamar mandi.
"Kamu mengalami musibah ini karena kamu tidak berhati-hati. Oleh karena itu, kalau berjalan harus hati-hati," kata anak tersebut. kepada seorang anak lain yang terkilir kakinya.
Pada suatu hari, anak itu berjalan-jalan di pinggir hutan. Matanya tertuju pada sekelompok lebah yang mengerumuni sarangnya. "Wah, madu lebah itu pasti sangat manis. Aku akan mengambilnya. Aku akan mengusir lebah-lebah itu !" Ia pun mengambil sebuah galah dan menyodok sarang lebah itu dengan keras. Ribuan lebah merasa terusik dan menyerang anak itu. Melihat binatang kecil yang begitu banyak, anak itu lari terbirit-birit. Lebah- lebah itu tidak membiarkan musuhnya pergi begitu saja. Satu ...dua ...tiga, lebah-lebah menghajar dengan sengatan. "Aduh .....tolong ..... !" Byur ! Anak itu menceburkan dirinya ke sungai. Tak lama kemudian, lebah-lebah itu pergi meninggalkan anak itu yang kesakitan.
"Mengapa Ayah tidak menolongku ? Jika Ayah sayang padaku, pasti sudah berusaha menyelamatkanku. Semua ini salah Ayah!" Ayahnya diam sejenak, lalu mengambil selembar kertas putih.
"Anakku, apa yang kamu lihat dari kertas ini? Itu hanya kertas putih, tidak ada gambarnya," jawab anak itu. Kemudian, ayahnya mentoreh di kertas putih dengan sebuah titik berwarna hitam.
"Apa yang kamu lihat dari kertas putih ini? Ada gambar titik hitam di kertas putih itu! Anakku, mengapa kamu hanya rmelihat satu titik hitam pada kertas putih ini? Padahal sebagian besar kertas ini berwarna putih. Betapa mudahnya kamu melihat kesalahan Ayah! Padahal masih banyak hal baik yang telah Ayah
lakukan padamu."
Ayahnya berjalan pergi meninggalkan anaknya yang duduk termenung.
berfikir dewasa...bijak dalam ambil keputusan..
BalasHapusmaka tidak akan ada sifat saling menyalahkan :)
Dan jangan lupa..selalu memandang segala sesuatu pd berbagai sisi/sudut..hehe.Ttp semangat..
BalasHapusjangan suka mengambinghitamkan orang lain atas kesalahan yg qt perbuat sendiri...nice post...
BalasHapus